Senin, 04 Oktober 2010

Yang Murah Yang Bajakan

Yang Murah Yang Bajakan
Oleh : Indah Lembayung
Ada satu pengalaman menarik, sekaligus pengalaman tersebut menyadarkan saya untuk tidak melakukan hal tersebut dikemudian hari. Karena bila berharap ada kebaikan dari orang lain, diri kita sendirilah yang harus memulainya terlebih dahulu.
Terfikirkan oleh saya, ingin ada penghematan untuk membeli buku. Bagaimana caranya saya memiliki buku penunjang mata kuliah sedangkan keadaan uang saya minim. Ya...karena saya bukan termasuk orang berada. Saya mencoba untuk bertanya kepada yang saya kenal apakah memiliki buku yang saya perlukan. Ada yang memiliki dan ada juga yang mengatakan tidak atau mereka biasanya meminjam dari perpustakaan. Berhasil-lah saya meminjam satu buku kepada teman saya.
Ketika hari pertama selesai kuliah, saya berjalan-jalan dengan teman saya disekitar kampus. Saya melihat-lihat ada stan buku, dan harganya diskon. Dalam pikiran saya, saya membeli buku tapi tidak semua. Ya...mungkin dari beberapa mata kuliah dalam satu semester hanya satu pertiganya yang saya beli. Dan saya membeli 2 buku kala itu, dengan harga masing-masing Rp. 25.000,00. Tapi , satu buku yang saya beli merupakan copy-an nya...dalam istilahnya merupakan bajakan...karena saya membutuhkan bacaan tapi dengan harga yang murah.
Saya sadar...bahwa tindakan saya itu bisa jadi memang tidak baik...dan tidak baik...karena sama saja dengan melancarkan mereka yang membajak buku...Saya komitmenkan dalam hati, hal ini tidak boleh terulang lagi...dan semoga teman-teman tidak melakukan hal yang sama.
Kuakui...hal ini sebenarnya pernah kulakukan dikala masih SMK, kala itu buku yang saya beli merupakan tetralogi novel...bila saya membeli yang asli harganya 50 ribu keatas, sedangkan saya membeli yang bajakan dengan harga masing-masing Rp. 20.000,00. Perbandingan yang cukup fantastis untuk ukuran anak sekolah. Saya memang suka baca, jadi saya memang berfikir yang penting buku tersebut bisa dibaca oleh saya. Tapi untuk kali ini pemikiran saya berbeda, mungkin saya beranjak dari siswa menjadi mahasiswa, yang semestinya mahasiswa menganalisis dan berpikir kritis bukan hanya pada permasalahan besar tetapi hal sepele sekalipun. Bukankah suatu hal yang dilakukan sekecil apapun akan ada konsekuensinya. Bisa dikatakan hal yang saya lakukan memang sepele, tapi mari berfikir secara jernih pula. Belajar untuk tidak melakukan hal yang semestinya tidak dilakukan. Mari kita menjadi mahasiswa yang bisa menjadi contoh sekecil apapun yang kita lakukan dalam hal kebaikan. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk-ku, untuk-mu dan untuk kita. Amin
-Senin, 20 September 2010-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar