Selasa, 05 Oktober 2010

Abstrak Kehidupan

Abstrak Kehidupan
Oleh : Indah Lembayung
Manusia hidup di dunia ini, diibaratkan perahu yang berada di lautan. Hidup bila tidak ada usaha untuk apa yang kita harapkan, tentulah hidup ini terasa biasa-biasa saja dan hampa. Manusia sama dengan perahunya, manusia melakukan suatu hal tentu ada penggerak terlebih dahulu, dan yang terpenting dan utama dalam hal penggerak manusia adalah HATI yang tentu bekerja sama dengan pikiran.
Menjalani apa yang sudah ada didepan mata, dan itu semua memang tidak luput juga dari apa yang telah kita lakukan di tempo hari yang lalu. Bukankah ada satu hukum kesuksesan yakni dikatakan hukum sebab akibat. Seringkali manusia berencana sesuatu hal di kemudian hari apa yang diharapkannya.
Sang Maha Kasih memberikan apa yang kita butuhkan, bukan pada apa yang kita inginkan’kutipan dari sebuah majalah islami. Seringkali memang kita berharap akan sesuatu hal, tapi apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, karena Sang Maha Kasih memberi apa yang kita butuhkan.
Berkesinambungan, manusia hanya bisa berencana akan suatu hal, dan Alloh-lah Yang Menentukan, bukankah rencana Alloh jauh lebih indah. Hidup ini memang indah, sungguh indah bila kita menikmatinya.
Hari ini kita melakukan suatu hal karena ada, sebabnya di hari-hari kemarin, apa yang kita lakukan di hari ini juga akan berdampak di hari esok, atau di hari lusa yang jelas di kemudian hari.
Langkah demi langkah dilalui untuk maju pada tahap berikutnya. Begitupula dengan kehidupan, seperti hal nya pula kita menaiki suatu tangga, semakin tinggi tangga semakin terasakan perjuangan untuk maju pada tangga berikutnya.
Kembali kepada perahu, untuk sampai pada suatu tujuan yang ingin dicapai, tentu dikayuh dengan usaha yang tidak mudah. Kehidupan semakin bertambah usia, semakin tidak mudah juga dalam menghadapi ujian kehidupan. Karena kehidupan tidak lepas dari rona kehidupan, warna-warni kehidupan. Rona kehidupan memang harus kita nikmati, bila hidup tanpa adanya rona kehidupan tentu akan terasa hampa kita hidup. Karenanya setelah kita merasakan yang dinamakan kesulitan, kepahitan, akan terasakan keindahan,dan kemanisan dalam kehidupan. Dan disitulah terasakan kehidupan berwarna.
Semulus-mulusnya kehidupan tentu akan ada hal yang tak terduga datang menghampiri kita, bisa jadi itu merupakan musibah. Tetesan air yang tak terduga menetes pada lembaran putih yang telah tergoreskan tinta, suatu hal yang tak terduga. Begitupula kehidupan.
Kembali pada kata puitis kehidupan ‘hidup ini indah, sangat disayangkan bila harus ditangisi, tapi karena begitu indahnya banyak orang yang menangisinya’.
-Rabu, 4 Agusutus 2010-

Senin, 04 Oktober 2010

Cinta dan Kebahagiaan

Cinta dan Kebahagiaan
Oleh : Indah Lembayung
Cinta dan kebahagiaan, dua hal tersebut saling berkesinambungan. Ada pepatah yang mengatakan’rumah tangga tidak cukup dengan cinta, tapi kebahagiaan dalam rumah tangga tidak dijamin dengan materi, ya...materi tidak menjamin kebahagiaan dalam rumah tangga, dan rumah tangga pula tidak cukup dengan cinta.
Cinta dan kebahagiaan ini dikaitkan dalam sebuah ikatan rumah tangga, cinta itu penting dan sangat penting, bahkan menjadi syarat utama dalam rumah tangga. Sering terjadi diantara kita, menjalin ikatan yang lebih serius dalam suatu rumah tangga tidak didasari dengan cinta. Terasakan sakit memang bila hal itu terjadi, terbayangkan kehidupan yang terasakan dilakukan dengan penuh sandiwara,dan sandiwara tersebut dinamakan sandiwara cinta.
Dalam sebuah ikatan rumah tangga bila didasari dengan cinta yang tulus yang tentunya dari pasangan tersebut, mereka akan berjuang bersama dalam menghadapi kehidupan mereka. Mungkin dan memang, pada dasarnya kehidupan ini harus ada keseimbangan, antara cinta, dan lainnya. Kebahagiaan ketika ada cinta yang tulus saling bertepuk hingga akhirnya menyatu dalam jalinan ikatan suci pernikahan. Yang tentunya barokahlah yang semestinya dalam ikatan rumah tangga.
Kehidupan yang berwarna dan benar-benar berwarna, karena penuh dengan rona kehidupan, dijalani oleh dua sejoli dalam kehidupan.
-Rabu, 4 Agustus 2010-

Untuk Apa Kuliah...???

Untuk Apa Kuliah...???
Oleh : Indah Lembayung
Untuk apa kuliah...sebuah kata perenungan diri sebagai mahasiswa tentunya sebagai mahasiswa yang baru menginjak dan menduduki bangku kuliah. Sebuah kata sebagai pemantapan hati dan menemukan tujuan untuk apa kuliah.
Ada beragam alasan seseorang melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi setelah lulus dari sekolah menengah. Mungkin dan memang kebanyakan mereka yang melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi karena untuk mencari ilmu yang lebih tinggi pula. Tapi ada pula alasan mereka kuliah karena langsung pada tujuan yang sebenarnya yakni tujuan yang sangat diharapkan setelah kuliah selesai. Secara gamblang ada seseorang mengatakan kuliah karena merasa kurang ijazah setelah adanya ijazah sekolah menengah untuk menjadi penese alias Pegawai Negeri Sipil.
Tidak bisa dipungkiri bahwa alasan tersebut memang kenyataan masa kini, banyak orang yang mengejar penese, dikarenakan selain pekerjaan yang mapan, gaji yang lumayan tidak kecil, dan yang terpenting sistem kerja tetap alias tidak kontrak seperti para pekerja pabrik sekarang ini sistem kerjanya kontrak dan gaji UMR. Sehingga penese sekarang ini banyak yang mengejarnya. Banyak cara dilakukan untuk bisa mengejar penese, termasuk dengan menggunakan uang pelicin sekalipun dilakukan.
Kembali kepada untuk apa kuliah ,ada juga kuliah dijadikan sebagai ajang bergengsi status sebagai mahasiswa karena bagaimanapun juga seperti telah dijelaskan dalam pembejaran sosiologi atau ilmu sosial bahwa status sosial mempengaruhi tingkah laku seseorang baik bagi dirinya maupun orang yang ada disekitarnya. Terlebih ketika kuliah di perguruan tinggi favorit.
Ketika seseorang atau seorang anak tidak menjadikan kuliahnya sebagai ajang bergengsi, ada juga orang tuanya yang memang seperti itu. Tapi hal itu tidak semua orang tuan seperti itu, dan ada juga sebenarnya alasan kuliah karena didorong oleh keinginan orang tua yang bersikeras terlebih jurusan yang dipilih memang merupakan keinginan orang tua. Bila seperti ini keadaannya, sebenarnya siapa yang akan menjalankan kuliah? Anaknya ataukah orangtuanya? Memang orang tua berlaku seperti itu karena sayang kepada anaknya, istilahnya memberikan saran dan juga pengarahan agar anak tersebut tidak salah dalam menentukan pilihan.
Ada satu kasus terjadi, menurut pengakuan seseorang bahwa dia kuliah didorong keinginan orangtua/walinya, bahkan jurusannya pun dipilih oleh walinya. Dan menurut pengakuannya juga, dia pernah menggunakan uang semesteran yang tidak sedikit untuk main-main dan tidak jarang melakukan mabal kuliah. Apakah kasus tersebut bisa dikatakan penyebab keinginan orang tua yang memaksa anak kuliah dan jurusannya atas pilihannya???
Mengacu pada permasalan tersebut, ada sebuah film yang bagi penulis bisa dijadikan pembelajaran bagi setiap mahasiswa, orang tua, dan juga dosen. Tidak perlu penulis ceritakan bagaimana lengkap ceritanya, namun secara garis besa film yang berjudul 3 Idiot mengandung banyak pelajaran dalam hal kemahasiswaan dan dunia perkuliahan, ketika kuliah seharusnya memang harus sesuai dengan hati terlebih dengan memilih jurusan.
Harapan penulis...semoga diriku, dirimu dan diri kita mantap dengan jurusan yang dimbil kini dalam kuliah dan menemukan tujuan dalam menjalani ini semua. Semoga Alloh senantiasa memberikan jalan kemudahan dan keridhoan-Nya. Amin...
-Ahad, 26 September 2010-

Perbedaan Dosen Tua dengan Dosen Muda

Perbedaan Dosen Tua dengan Dosen Muda
Oleh : Indah Lembayung
Perbedaan dosen tua dengan dosen muda, adakah??? Jawabannya tentu saja ada, dan perbedaan tersebut bukan hanya perbedaan segi usia saja. Lantas perbedaan apa lagi antara dosen tua dengan dosen muda???
Ada hal yang menarik perhatian saya, ketika saya sedang melaksanakan perkuliahan di kelas. Berikut dialog saya denga teman saya kala itu.
Teman saya : “Pa...sudah menikah belum ya?” (sengaja tidak saya sebutkan namanya karena privacy).
Saya : “ Hm...naksir yaa...”
Teman saya : “ Kamu juga kan...”
Saya : “ Itu sudah menjadi kodrat wanita...”
Dalam kejadian tersebut, memang saya melihat dan kejadian seperti ini tidak terjadi di kampus saja melainkan kala di Sekolah Menengah pun seperti ini. Seorang guru atau dosen muda selalu menjadi perhatian para wanita. Sehingga, mungkin bisa juga menjadi penyemangat perkuliahan...benarkah begitu??? Sebuah pertanyaan retorik bagi setiap mahasiswi. 
Hal diatas dilihat perbedaan dari segi daya tarik, tetapi dalam segi pembelajaran bisa juga dosen muda terasa lebih tegas karena masih fresh dalam mengajar baik dalam segi waktu maupun cara mengajarnya bisa lebih enak. Memang dosen tua atau yang sudah berumur ilmu dan pengalamannya lebih-lebih dari dosen muda. Ya itu tadi dosen muda memang memiliki daya tarik tersendiri. Terlebih jika dosen muda tersebut memang memiliki tampan yang OK... 
-Sabtu,02 Oktober 2010-

Yang Murah Yang Bajakan

Yang Murah Yang Bajakan
Oleh : Indah Lembayung
Ada satu pengalaman menarik, sekaligus pengalaman tersebut menyadarkan saya untuk tidak melakukan hal tersebut dikemudian hari. Karena bila berharap ada kebaikan dari orang lain, diri kita sendirilah yang harus memulainya terlebih dahulu.
Terfikirkan oleh saya, ingin ada penghematan untuk membeli buku. Bagaimana caranya saya memiliki buku penunjang mata kuliah sedangkan keadaan uang saya minim. Ya...karena saya bukan termasuk orang berada. Saya mencoba untuk bertanya kepada yang saya kenal apakah memiliki buku yang saya perlukan. Ada yang memiliki dan ada juga yang mengatakan tidak atau mereka biasanya meminjam dari perpustakaan. Berhasil-lah saya meminjam satu buku kepada teman saya.
Ketika hari pertama selesai kuliah, saya berjalan-jalan dengan teman saya disekitar kampus. Saya melihat-lihat ada stan buku, dan harganya diskon. Dalam pikiran saya, saya membeli buku tapi tidak semua. Ya...mungkin dari beberapa mata kuliah dalam satu semester hanya satu pertiganya yang saya beli. Dan saya membeli 2 buku kala itu, dengan harga masing-masing Rp. 25.000,00. Tapi , satu buku yang saya beli merupakan copy-an nya...dalam istilahnya merupakan bajakan...karena saya membutuhkan bacaan tapi dengan harga yang murah.
Saya sadar...bahwa tindakan saya itu bisa jadi memang tidak baik...dan tidak baik...karena sama saja dengan melancarkan mereka yang membajak buku...Saya komitmenkan dalam hati, hal ini tidak boleh terulang lagi...dan semoga teman-teman tidak melakukan hal yang sama.
Kuakui...hal ini sebenarnya pernah kulakukan dikala masih SMK, kala itu buku yang saya beli merupakan tetralogi novel...bila saya membeli yang asli harganya 50 ribu keatas, sedangkan saya membeli yang bajakan dengan harga masing-masing Rp. 20.000,00. Perbandingan yang cukup fantastis untuk ukuran anak sekolah. Saya memang suka baca, jadi saya memang berfikir yang penting buku tersebut bisa dibaca oleh saya. Tapi untuk kali ini pemikiran saya berbeda, mungkin saya beranjak dari siswa menjadi mahasiswa, yang semestinya mahasiswa menganalisis dan berpikir kritis bukan hanya pada permasalahan besar tetapi hal sepele sekalipun. Bukankah suatu hal yang dilakukan sekecil apapun akan ada konsekuensinya. Bisa dikatakan hal yang saya lakukan memang sepele, tapi mari berfikir secara jernih pula. Belajar untuk tidak melakukan hal yang semestinya tidak dilakukan. Mari kita menjadi mahasiswa yang bisa menjadi contoh sekecil apapun yang kita lakukan dalam hal kebaikan. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk-ku, untuk-mu dan untuk kita. Amin
-Senin, 20 September 2010-

Selasa, 28 September 2010

Ngamumule Basa Indung

Upami teu ku para nonoman,ku saha deui basa indung dimumule.

Upami teu ti ayeuna,bade iraha deui ngamumule basa indung.

Ku kituna,hayu urang sasareungan ngamumule basa indung.

Margina teu tiasa nganggo basa indung,hayu urang sasareungan diajar. :-D